5 Fakta Kecelakaan Kerja di Batam Renggut Nyawa Pekerja PT di Batuampar

5 Fakta Kecelakaan Kerja di Batam Renggut Nyawa Pekerja PT di Batuampar

Butuhkerja.com, BATAM – Kecelakaan kerja di Batam kembali menyita perhatian.

Seorang pekerja PT di Batuampar berinisial Sst (31) jadi korban tewas dalam kecelakaan kerja di Batam pada Selasa (5/8/2025) sore.  

Kecelakaan kerja di Batam itu terjadi sekira pukul 17.00 WIB.

Kapolresta Barelang, Kombes Pol Zaenal Arifin, S.I.K melalui Kanit Reskrim Polsek Batu Ampar, Iptu M. Brata Ul Usna membenarkan adanya kecelakaan kerja di Batam tersebut.

Berikut 5 Fakta Kecelakaan Kerja di Batam yang Merenggut Nyawa Pekerja PT di Batuampar

Kronologi Kecelakaan Kerja di Batam

Polisi sebelumnya mengungkap kronologi kecelakaan kerja di Batam yang menewaskan seorang pekerja di salah satu PT kawasan industri Batu Ampar pada Selasa (5/8/2025) sore.

Kanit Reskrim Polsek Batu Ampar, Iptu M. Brata Ul Usna mengatakan, kecelakaan kerja di Batam itu tewas tak lama setelah tertimpa pintu pelat besi.

“Korban meninggal akibat tertimpa pintu pelat besi yang diangkat menggunakan forklift,” ujar Iptu Brata saat dikonfirmasi, Rabu (6/8/2025) sore.

Ia melanjutkan, korban sempat dievakuasi. 

Kondisinya saat itu kritis.

Namun nyawa Sst tak tertolong, akibat luka serius yang dideritanya pasca kecelakan kerja.

Saat ini kasus kecelakaan kerja di Batam itu masih dalam penyelidikan polisi.

Belum diketahui pasti penyebab lakakerja di Batam itu. 

Kasus kecelakaan kerja di Batam yang menewaskan seorang pekerja PT di kawasan Batu Ampar ini ditangani Polresta Barelang.

Korban Kecelakaan Kerja di Batam Dipulangkan ke Medan

Kecelakaan kerja di Batam tepatnya di PT Sumber Samudra Makmur pada Selasa (5/8/2025) menyita perhatian banyak pihak.

Korban kecelakaan kerja di Batam berinisial Sst (31).

Dari informasi yang dihimpun, jenazah korban kecelakaan kerja di Batam telah dipulangkan ke kampung halamannya di Medan.

“Jenazahnya sudah ke Medan. Pimpinan lagi sibuk. Yang menemui pengawas pun perwakilan ini. Maaf ya kami lagi sibuk,” ujar salah seorang pekerja di depan gerbang PT Sumber Samudra Makmur (SSM), Kamis (7/8/2025).

Pantauan Tribun Batam di lokasi, aktivitas perusahaan tampak normal, namun akses ke dalam perusahaan dibatasi. 

Beberapa kendaraan keluar masuk perusahaan, baik roda dua, empat, ataupun kendaraan yang membawa muatan barang dari PT.

Sekira pukul 10.30 WIB, empat anggota dari pengawas tenaga kerja Provinsi Kepri meninjau lokasi untuk memastikan kejadian lakakerja di Batam itu.

Apakah ada dugaan kelalaian dalam kesehatan dan keselamatan kerja (K3) ataupun dalam human error.

Pengawas tenaga kerja dari Disnaker Kepri juga memastikan apakah hak pekerja yang meninggal dunia saat bekerja ini terpenuhi.

Sebagai informasi, korban yang bekerja sebagai operator forklift tewas tertimpa plat besi saat menjalankan tugasnya pada Selasa (5/8) sore.

Informasi yang dihimpun, saat itu korban sedang menegakkan plat besi menggunakan forklift sebagai bagian dari pekerjaan perbaikan tongkang.

Sesudah memposisikan plat, korban turun dari forklift dan memasang rantai pengaman. 

Namun saat mengecek kekuatan rantai dengan menendang plat, pengait terlepas dan plat besi itu roboh menimpanya.

Korban sempat dievakuasi rekan-rekannya ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan.

Namun korban dinyatakan meninggal dunia tak lama kemudian akibat luka serius yang dialami.

Cerita Pekerja PT saat Kecelakaan Kerja di Batam

Kecelakaan kerja di Batam merenggut nyawa seorang operator forklift berinisial Sst (31) di kawasan PT Sumber Samudra Makmur (SSM) di Kecamatan Batuampar.

Pekerja PT Sumber Samudra Makmur mengaku bari tahu ada kecelakaan kerja di Batam setelah pemberitaan lakakerja di Batam itu menyebar.

Beberapa pekerja PT di sana lainnya tahu ada kecelakaan kerja di Batam itu ketika diminta pulang lebih awal.

“Pokoknya belum ada pukul 5 lah itu kami sudah diminta pulang, belum waktu pulang. Tidak dijelaskan banyak, cuma katanya ada kejadian,” ujar seorang pekerja berusia 38 tahun yang enggan disebutkan namanya saat ditemui Tribun Batam, Kamis (7/8/2025).

Pria tersebut mengaku sudah bekerja lebih dari dua tahun di perusahaan itu. 

Mengenai kronologi lakakerja di Batam itu, ia mengatakan tidak melihat langsung insiden kecelakaan kerja di Batam itu.

Menurutnya, ia bekerja di departemen berbeda dengan korban.

“Saya tahu ada kejadian, tapi enggak lihat langsung. Saya tahunya korban dari bagian operator forklift. Kami beda divisi, jadi kurang tahu detailnya,” ucapnya lagi.

Ia juga tak dapat menyebutkan secara pasti mengenai olah TKP dari polisi.

Pria yang menggunakan wearpack khas galangan kapal ini juga menjelaskan bahwa kondisi kerja di lokasi tempat mereka mencari nafkah cukup menantang.

Pasalnya, mereka harus berhadapan langsung dengan mesin dan alat berat yang memiliki tingkat bahaya tinggi.

Tak hanya itu, alat-alat kerja seperti mesin las, pemotong dan gerinda digunakan hampir setiap hari untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan teknis.

Selain itu, pergerakan alat berat seperti forklift yang digunakan untuk memindahkan plat besi berukuran besar juga menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas harian para pekerja.

“Karena kami bikin kapal ya, semua alat yang besar itu memang pakai forklift. Dan plat besi yang katanya jatuh ke almarhum itu bisa beratnya lebih dari 1 kwintal. Jadi memang dipindahkan pakai alat bantu,” katanya.

Ditanya soal fasilitas kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang diterapkan, ia menilai masih ada ruang untuk perbaikan.

“Kalau menurut saya K3 nya yang kurang ya. Soalnya wearpack kami beli sendiri, helm dari sini, kacamata safety itu ga semua dapat. Misal ada 500 orang pekerja ini ya. Yang dapat ya sekitsr 100-an lah, yang lain kami beli sendiri,” ungkapnya.

Ia juga menyampaikan jumlah pekerja di lokasi mencapai lebih kurang ada 600 orang, terdiri dari pekerja tetap, subkontraktor, dan tenaga dari pihak mainkon.

“Lebih kurang 600-an pekerja. Kami ada BPJS Ketenagakerjaan dan kesehatannya kok,” imbuhnya.

Meski tidak mengenal dekat korban, ia mengetahui bahwa almarhum berasal dari Medan dan sudah bekerja sekitar satu tahun di lokasi proyek.

“Untuk almarhum kami tak kenal, cuma tahu aja katanya dia orang Medan. Kerja setahun ini lah kira-kira,” kata dia.

Hingga berita ini ditulis, pihak manajemen PT SSM belum memberikan keterangan resmi terkait insiden tersebut.

Disnaker Kepri Investigasi Kecelakaan Kerja di Batam

Pasca kecelakaan kerja di Batam yang menewaskan seorang operator forklift berinisial SST (31) di PT Sumber Samudra Makmur (SSM), Kecamatan Batu Ampar, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Kepri melakukan investigasi ke lokasi.

Kepala Disnakertrans Provinsi Kepri, Dicky Wijaya melalui Pengawas Ketenagakerjaan Ahli Madya, Bukti Rantau, mengatakan investigasi yang diawali meminta keterangan awal ini dilakukan, setelah ada laporan masuk dari perusahaan terkait kecelakaan kerja. 

“Kami hari ini sudah turun ke lokasi untuk melakukan peninjauan dan mulai meminta keterangan awal,” ujar Bukti saat dikonfirmasi, Kamis (7/8/2025).

Ia menyampaikan peristiwa tersebut memang melibatkan forklift dan plat besi, namun penyebab detail kecelakaan belum bisa disimpulkan.

“Kejadiannya memang melibatkan forklift, dan korban tertimpa plat besi. Tapi penyebab pastinya masih kami dalami. Karena kami belum meminta keterangan dari para saksi yang saat itu melihat langsung,” katanya.

Soal kepesertaan BPJS, Bukti memastikan korban merupakan peserta aktif BPJS Ketenagakerjaan dan santunan dari pihak perusahaan juga telah disiapkan.

“Korban aktif Jamsostek (BPJS Ketenagakerjaan)-nya, dan santunan di luar BPJS juga sudah disiapkan oleh perusahaan. Tapi realisasinya menunggu kedatangan keluarga korban yang saat ini masih di Medan,” ucapnya.

Pihaknya memperkirakan pengambilan keterangan lebih lanjut, termasuk wawancara dengan para saksi, akan dilakukan pekan depan.

“Rencananya minggu depan kami akan panggil dan ambil keterangan para saksi di kantor,” ungkapnya.

Disinggung soal penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lapangan, Bukti mengatakan pihaknya melihat secara umum pekerja sudah menggunakan APD (alat pelindung diri).

“Itu ada ya untuk K3, dan saya lihat di lapangan semua pakai kok,” paparnya.

Namun, ia menekankan posisi jatuhnya plat besi dari samping, bukan dari atas, turut mempengaruhi fatalitas kecelakaan.

“Platnya menimpa korban dari samping, langsung ke badan. Jadi bukan dari atas, dan itu salah satu faktor yang menyebabkan fatal,” ucap Bukti.

Soal status pekerja, ia menyebut korban merupakan pekerja kontrak yang kontraknya akan berakhir akhir Agustus 2025 ini.

“Informasi yang kami terima, pekerja ini pegawai kontrak, kontraknya memang akan habis di akhir bulan ini,” katanya.

Duka Keluarga Korban Kecelakaan Kerja di Batam

Tak ada yang menyangka, Selasa (5/8/2025) itu menjadi hari terakhir SST (31), korban kecelakaan kerja di Batam, masuk kerja di PT Sumber Samudra Makmur (SSM), Kecamatan Batu Ampar. 

Pada pagi harinya, seperti biasa ia datang mengenakan seragam, menyapa teman-temannya, dan masuk ke lokasi kerja. 

Namun sore harinya, nahas menimpa SST saat tengah bekerja.

Pelat besi seberat ratusan kilo menimpa tubuhnya hingga merenggut nyawanya.

Di mata rekan kerjanya, SST korban tewas laka kerja di Batam dikenal sebagai sosok yang sederhana, ramah. Ia tak banyak bicara, tetapi selalu menyapa siapa pun dengan senyum tipis di wajahnya. 

“Kalau ketemu, disenyumin aja orangnya beliau senyum balik. Baik orangnya,” ujar seorang rekan kerja yang enggan disebut namanya saat ditemui Kamis (7/8/2025).

Korban yang diketahui berasal dari Medan, Sumatra Utara ini bekerja sebagai operator forklift di PT Sumber Samudra Makmur (SSM), di kawasan industri Batu Ampar, Batam. 

Ia pekerja dari mainkontraktor yang saban hari berinteraksi langsung dengan alat-alat berat di lokasi penuh risiko.

Pada sore itu, pria 31 tahun ini tengah melakukan tugas rutinnya menaikkan plat besi besar yang digunakan untuk bagian dinding atau pintu tongkang. 

Ia mengangkat plat itu menggunakan forklift. Setelah posisinya berdiri, ia turun dari alat berat itu, lalu mencoba mengaitkan rantai penahan ke plat.

Namun, saat mencoba memastikan rantai itu terpasang kuat dengan menendangnya, rantai tersebut terlepas. 

Dalam hitungan detik, plat besi setinggi badan itu roboh ke arah SST dan menimpa tubuhnya tepat dari samping.

“Kemarin kami lihat dia dibawa pakai tandu. Setengah badannya luka parah,” ucap seorang pekerja lain.

Ia dinyatakan meninggal dunia akibat luka serius yang dideritanya setelah sempat dilarikan ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK).

Mereka juga mendengar kabar, SST sudah menikah dan memiliki anak. Kini SST sudah pergi untuk selamanya dari kehidupan di dunia, meninggalkan anak dan istrinya. (Butuhkerja.com/Ucik Suwaibah)