Mediadaring.com – Berikut ini 6 kunci jawaban cerita reflektif pada modul 2 PSE topik 3 Experiential Learning dalam PPG Guru Tertentu 2025 tahap 2.
Para peserta bisa memilih salah satu jawaban untuk dijadikan referensi.
Pertanyaan:
Anda dapat bekerjasama dengan guru lain, mengembangkan jejaring dengan teman sejawat, orang tua, atau narasumber lain untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai experiential learning.
Kunci Jawaban 1:
Sebagai guru, saya percaya bahwa pembelajaran yang bermakna tidak cukup hanya dengan menyampaikan materi. Dibutuhkan pendekatan yang mampu menyentuh hati, menantang pikiran, dan menghidupkan pengalaman.
Di sinilah saya mulai tertarik mendalami experiential learning Kolaborasi ini mengajarkan saya bahwa pemahaman mendalam tidak lahir dari teori semata, tetapi dari kerja sama, keterbukaan belajar, dan kemauan untuk keluar dari zona nyaman.
Pengalaman ini mendorong saya untuk terus membangun jejaring, melibatkan lebih banyak pihak, dan menjadikan pembelajaran sebagai ruang pertumbuhan bersama bagi saya, rekan sejawat, siswa, dan juga orang tua dan atau narasumber lain.
Kunci Jawaban 2:
Sebagai guru, saya menyadari bahwa penerapan experiential learning akan lebih efektif jika dilakukan secara kolaboratif. Oleh karena itu, saya berusaha menjalin kerja sama dengan guru lain, membangun jejaring dengan teman sejawat. melibatkan orang tua murid, hingga menghadirkan narasumber dari luar sekolah.
Kolaborasi ini memungkinkan saya mendapatkan sudut pandang yang lebih luas dan ide-ide baru dalam merancang pengalaman belajar yang kontekstual dan relevan.
Dengan berbagai masukan tersebut, saya dapat menyusun pembelajaran yang tidak hanya mengaktifkan keterlibatan murid, tetapi juga memperkuat keterampilan sosial, emosional, dan berpikir kritis mereka secara menyeluruh.
Kunci Jawaban 3:
Ya, saya setuju sepenuhnya. Kolaborasi dengan guru lain, jejaring dengan teman sejawat, orang tua, dan narasumber eksternal sangat penting.
Ini memperkaya pemahaman saya tentang experiential learning, memungkinkan berbagi praktik terbaik, dan mendapatkan perspektif komprehensif.
Melalui ini, saya bisa merancang pengalaman belajar yang lebih efektif dan relevan bagi siswa.
Kunci Jawaban 4:
Tentu, kolaborasi dengan guru lain serta pengembangan jejaring dengan teman sejawat, orang tua, dan narasumber eksternal sangat penting dalam memperkaya pemahaman dan penerapan experiential learning. Melalui kerja sama ini, guru dapat saling berbagi praktik baik, pengalaman, dan strategi pembelajaran yang efektif.
Misalnya, dalam merancang proyek berbasis pengalaman nyata, guru dapat melibatkan kolega dari mata pelajaran lain untuk menciptakan pembelajaran lintas disiplin yang bermakna dan relevan bagi siswa.
Selain itu, menjalin komunikasi dengan orang tua dan masyarakat sekitar juga memberikan nilai tambah. Orang tua dapat menjadi mitra dalam mendampingi proses belajar siswa di rumah, bahkan dapat dilibatkan sebagai narasumber atau fasilitator kegiatan belajar berbasis pengalaman di luar kelas.
Narasumber dari dunia kerja, komunitas, atau instansi tertentu juga bisa diundang untuk memberikan wawasan langsung kepada siswa sehingga mereka merasakan pengalaman otentik yang berkaitan dengan dunia nyata.
Kolaborasi ini tidak hanya memperluas sudut pandang guru, tetapi juga mendorong terciptanya lingkungan belajar yang dinamis, kontekstual, dan berpusat pada peserta didik.
Dengan pendekatan experiential learning, siswa tidak hanya memahami materi secara kognitif, tetapi juga mengalaminya secara langsung melalui pengamatan, praktik, refleksi, dan penerapan. Maka, jejaring dan kolaborasi lintas pihak menjadi kunci untuk mengoptimalkan proses pembelajaran yang bermakna dan transformatif.
Kunci Jawaban 5
Penerapan experiential learning dalam proses pembelajaran bersama rekan guru dapat dilakukan melalui kerja sama lintas mata pelajaran. Hal ini dapat berfokus pada pengalaman langsung sebagai sumber utama pembelajaran.
Guru dapat menyusun proyek integratif yang melibatkan siswa dalam aktivitas nyata, seperti kunjungan lapangan, simulasi, atau kegiatan sosial yang berkaitan dengan materi pelajaran.
Setelah kegiatan, siswa diajak untuk merefleksikan pengalaman yang telah mereka jalani dan menarik pembelajaran dari proses tersebut. Bentuk kolaborasi seperti ini tidak hanya memperdalam pemahaman siswa, tetapi juga mendukung perkembangan keterampilan sosial-emosional dan menciptakan pengalaman belajar yang lebih kontekstual serta bermakna.
Kunci Jawaban 6
Penerapan experiential learning (EL) secara kolaboratif antar guru dapat memperkaya proses pembelajaran siswa sekaligus meningkatkan efektivitas pengajaran. Berikut beberapa pertimbangannya.
Pertama, tentukan terlebih dahulu tujuan pembelajaran dan materi yang saling berkaitan antar mata pelajaran. Temukan tema atau proyek yang dapat menggabungkan berbagai bidang ilmu secara terpadu.
Kedua, bagi peran dan tanggung jawab masing-masing guru. Salah satu contohnya seperti, guru IPA dapat menangani tahap Concrete Experience melalui kegiatan observasi di lapangan seperti menyusuri sungai. Pembagian ini membuat proses pembelajaran lebih sistematis dan terorganisir.
Ketiga, lakukan pertemuan rutin antar guru untuk merancang dan merefleksikan kegiatan. Sesi perencanaan penting untuk menyelaraskan kurikulum, mendistribusikan peran, serta mengantisipasi potensi hambatan. Proses ini juga menjadi kesempatan untuk saling belajar antar pendidik.
Keempat, manfaatkan keberagaman kompetensi guru untuk memperkaya pengalaman siswa. Tiap guru membawa keahlian dan sudut pandangnya sendiri. Keberagaman ini menambah dimensi pembelajaran yang lebih luas dan bermakna bagi siswa.
Melalui kolaborasi yang kuat, experiential learning menjadi pendekatan menyeluruh yang melampaui batasan mata pelajaran, memungkinkan siswa belajar secara mendalam melalui keterlibatan langsung dan dukungan berbagai keahlian dari tim pengajar.***