Butuhkerja.com– Bagi banyak lulusan baru, pertanyaan besar setelah kelulusan adalah: lanjut kuliah atau langsung kerja? Pertanyaan ini terasa semakin rumit di kalangan generasi Z, yang tumbuh dalam era digital, ketidakpastian ekonomi, dan perubahan dunia kerja yang cepat.
Pilihan ini bukan sekadar urusan akademis, melainkan menyangkut arah hidup jangka panjang, stabilitas finansial, hingga pencarian jati diri.
Generasi Z dikenal sebagai generasi yang pragmatis namun idealis. Di tengah banyaknya tekanan untuk cepat “mapan”, mereka juga ingin menjalani karier yang bermakna dan sesuai dengan nilai hidup mereka.
Menurut survei Deloitte Global 2024, sebagian besar Gen Z menilai bahwa pengalaman kerja memiliki nilai yang sama pentingnya dengan pendidikan formal. Mereka yang memilih langsung bekerja biasanya terdorong oleh kebutuhan finansial, keinginan mandiri, atau kecemasan terhadap tingginya biaya kuliah.
Di sisi lain, melanjutkan S2 dianggap sebagai cara untuk membuka peluang karier yang lebih spesifik dan strategis, terutama di bidang akademik, penelitian, atau kebijakan publik. Namun, realita menunjukkan bahwa gelar magister tidak selalu menjadi jaminan akan mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi.
Survei oleh QS (Quacquarelli Symonds) tahun 2023 mencatat bahwa banyak perusahaan kini lebih mengutamakan pengalaman kerja dan soft skill. Seperti komunikasi, manajemen waktu, serta kemampuan adaptasi,semuanya hal yang sering kali diasah di dunia kerja nyata, bukan di ruang kelas.
Melanjutkan studi ke jenjang magister bisa menjadi keputusan strategis jika dilakukan dengan tujuan yang jelas.
pendidikan pascasarjana juga menuntut kesiapan mental, komitmen waktu, serta dukungan finansial yang tidak kecil. Sumber : iStock
Beberapa profesi bahkan menjadikannya sebagai syarat mutlak, misalnya dosen, peneliti, konsultan kebijakan, atau analis di lembaga-lembaga internasional.
Namun, pendidikan pascasarjana juga menuntut kesiapan mental, komitmen waktu, serta dukungan finansial yang tidak kecil. Berdasarkan data BPS 2023, biaya kuliah program magister di Indonesia berkisar Rp10 juta–Rp30 juta per semester di universitas negeri, dan bisa lebih tinggi di universitas swasta.
Tak heran, banyak lulusan memilih untuk bekerja terlebih dahulu, lalu melanjutkan S2 setelah memiliki penghasilan tetap atau mendapatkan beasiswa. Meski terlihat lebih cepat menghasilkan uang, langsung bekerja juga bukan jalan tanpa tantangan.
Laporan Indonesia Career Center Network (ICCN) tahun 2022 menyebutkan bahwa sekitar 40% lulusan sarjana mengalami masa transisi yang sulit dalam dua tahun pertama: entah belum mendapatkan pekerjaan, bekerja di luar bidang studi, atau bergaji di bawah UMR.
Selain itu, belum semua perusahaan memberikan kesempatan pelatihan atau jenjang karier yang jelas bagi fresh graduate.
Dalam situasi seperti ini, sebagian orang justru merasa lebih siap menghadapi dunia kerja setelah memperkuat kompetensi melalui pendidikan lanjutan. Tak bisa dimungkiri, tekanan sosial dan ekspektasi lingkungan sekitar juga ikut memengaruhi keputusan ini.
Ada anggapan bahwa lanjut kuliah adalah jalan yang “lebih aman”, sementara langsung kerja dianggap “terburu-buru”. Padahal, tidak ada satu pilihan yang lebih unggul dari yang lain. Semuanya kembali pada kesiapan individu dan tujuan yang ingin dicapai.
Sebagian Gen Z bahkan mulai mengambil jalan tengah: bekerja terlebih dahulu untuk mendapatkan gambaran karier, lalu memutuskan apakah perlu lanjut S2 dengan arah yang lebih terfokus.
Pendekatan ini sejalan dengan tren pembelajaran seumur hidup (lifelong learning) yang kini semakin relevan di tengah perkembangan teknologi dan kebutuhan keterampilan yang cepat berubah.
Dilema antara lanjut S2 atau langsung kerja memang bukan hal mudah. Namun, keputusan yang didasari pertimbangan matang, informasi yang cukup, dan pemahaman diri yang baik akan jauh lebih berdampak dibanding ikut-ikutan tren atau desakan eksternal.
Yang terpenting, baik bekerja maupun studi lanjutan bukanlah garis akhir, melainkan bagian dari proses perjalanan hidup dan karier.
Gen Z, dengan karakter adaptif dan reflektifnya, punya ruang luas untuk merancang jalannya sendiri—asal tahu ke mana ingin melangkah dan mengapa pilihan itu diambil.